Eko Wahyudi
News Onlline: Sekolah jurusan mulai SMK, Politeknik, sekolah tinggi dan sekolah non formal di daerah Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sudah menjamur. Kabupaten ini yang terletak di pulau Jawa Selatan ini ada sekolah khusus pertanian dibawah dinas Dikpora sekolah Tanaman Pangan, mirisnya hanya beberapa segelintir orang yang sekolah disana. Karena mereka berpikir sekolah pertanian tidak ada masa depan. sekolah pertanian tidak pede.sekolah pertanian. itu mainstream kita melihat pertanian.
Ya bangsa Indonesia juga negara pertanian, tapi kenapa kedelai masih impor, kenapa bawang masih impor. kenapa padi jug impor dari tetangga yang bukan negara pertanian. Apakah memang bangsa kita tidak tahu? apakah ada sistem pendidikan bangsa kita yang mengarahkan pada kurikulum. apakah pemimpin kita tidak tahu, apakah pelaku pendidikan kita tahu tapi bingung. Apakah memang ini setingan dunia, agar indonesia tetap miskin ??
Penulis mengamati di sebuah kota kecil bernama Kabupaten Kebumen, berbasis pertanian, sektor paling kuat, pertanian sebuah andalan visi dan program unggulan para pemimpin di kota ini. Kenapa program pendidikan tidak diarahkan pada sektor pertanian, kenapa tidak ada perusahaan besar berbasis pertanian,
" petani harus berdaya, hasil tani haru meningkat. 80 % petani dari jumlah 1,23 juta penduduk. kenapa generasi muda kita tidak didik menjadi petani ulung. kenapa selalu memilih sesutau yang bukan menjadi potensi daerah Kebumen. seperti beberapa statemen data di media masa kebumen. ternyata kebumen menyandang no miskin 3 dari 35 Kota/Kabupaten di Jateng.
Ini miris, ini susah si bahas, ini juga susah di rubah status kemiskinan. banyak pelajar pertahun lulusan SLTP, SLTA, SMK sekitar 76.000 pada tahun 2011, hanya 10 % saja ditampung di perusahaan, perusahaan itupun di luar kota, adapun yang selebihnya kerja tidak sesuai dengan ketrampila/ijazah yang dimiliki.
Memang kita, bagian dari skenario besar negar negara kapital, inginnya kita menjadi buruh dan kuli. dan mereka menjadi juragan atau bos bos selalu menginginkan keuntungan dari kekayaan SDM dan SDA. sangat susah merubah benang merah kondisi bangsa kita dari sektor pendidikan ini.
Si jaman pasar bebas, Kurikulum harus di rubah sudah menjadi kurikulum yang tidak berbasis lokal, tidak menyentuh apa yang jadi kebutuhan lokal. misalnya karena kebumen kabupaten pertanian, kenapa tidak ada sekolah pertanian. mungkin dan ini di pastikan bisa, per desa dari 460 desa/kelurahan kebumen didirrikan sekolah pertanian, klinik pertanian dan perusahaan yang berbasis hasil pertanian.
" Usul saya, bagaimana sekolah pertanian itu mulai dari PAUD, TK, SD dan SMP, SLTA serta perguruan tinggi... !! kenapa begitu harus ada sekolah pertanian. hal tersebut alternatif solusi di jaman pasar bebas.
mari berdiskusi bersama EkoWahyudi 087732663618, jar_pers@yahoo.com.
News Onlline: Sekolah jurusan mulai SMK, Politeknik, sekolah tinggi dan sekolah non formal di daerah Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sudah menjamur. Kabupaten ini yang terletak di pulau Jawa Selatan ini ada sekolah khusus pertanian dibawah dinas Dikpora sekolah Tanaman Pangan, mirisnya hanya beberapa segelintir orang yang sekolah disana. Karena mereka berpikir sekolah pertanian tidak ada masa depan. sekolah pertanian tidak pede.sekolah pertanian. itu mainstream kita melihat pertanian.
Ya bangsa Indonesia juga negara pertanian, tapi kenapa kedelai masih impor, kenapa bawang masih impor. kenapa padi jug impor dari tetangga yang bukan negara pertanian. Apakah memang bangsa kita tidak tahu? apakah ada sistem pendidikan bangsa kita yang mengarahkan pada kurikulum. apakah pemimpin kita tidak tahu, apakah pelaku pendidikan kita tahu tapi bingung. Apakah memang ini setingan dunia, agar indonesia tetap miskin ??
Penulis mengamati di sebuah kota kecil bernama Kabupaten Kebumen, berbasis pertanian, sektor paling kuat, pertanian sebuah andalan visi dan program unggulan para pemimpin di kota ini. Kenapa program pendidikan tidak diarahkan pada sektor pertanian, kenapa tidak ada perusahaan besar berbasis pertanian,
" petani harus berdaya, hasil tani haru meningkat. 80 % petani dari jumlah 1,23 juta penduduk. kenapa generasi muda kita tidak didik menjadi petani ulung. kenapa selalu memilih sesutau yang bukan menjadi potensi daerah Kebumen. seperti beberapa statemen data di media masa kebumen. ternyata kebumen menyandang no miskin 3 dari 35 Kota/Kabupaten di Jateng.
Ini miris, ini susah si bahas, ini juga susah di rubah status kemiskinan. banyak pelajar pertahun lulusan SLTP, SLTA, SMK sekitar 76.000 pada tahun 2011, hanya 10 % saja ditampung di perusahaan, perusahaan itupun di luar kota, adapun yang selebihnya kerja tidak sesuai dengan ketrampila/ijazah yang dimiliki.
Memang kita, bagian dari skenario besar negar negara kapital, inginnya kita menjadi buruh dan kuli. dan mereka menjadi juragan atau bos bos selalu menginginkan keuntungan dari kekayaan SDM dan SDA. sangat susah merubah benang merah kondisi bangsa kita dari sektor pendidikan ini.
Si jaman pasar bebas, Kurikulum harus di rubah sudah menjadi kurikulum yang tidak berbasis lokal, tidak menyentuh apa yang jadi kebutuhan lokal. misalnya karena kebumen kabupaten pertanian, kenapa tidak ada sekolah pertanian. mungkin dan ini di pastikan bisa, per desa dari 460 desa/kelurahan kebumen didirrikan sekolah pertanian, klinik pertanian dan perusahaan yang berbasis hasil pertanian.
" Usul saya, bagaimana sekolah pertanian itu mulai dari PAUD, TK, SD dan SMP, SLTA serta perguruan tinggi... !! kenapa begitu harus ada sekolah pertanian. hal tersebut alternatif solusi di jaman pasar bebas.
mari berdiskusi bersama EkoWahyudi 087732663618, jar_pers@yahoo.com.