Luar biasa cita-cita “perubahan
peradaban” negeri ini, perubahan
kearah perbaikan tatanan pemerintah “amburadul” yang disebabkan kepentingan
kekuasaan lebih condong kepada kepentingan pribadi.
perubahan warga
Jawa Tengah 26/Mei lalu, kepedulian aktif berpolitik menggunakan hak pilih
untuk mendorong sebuah cita-cita besar
Peradaban pendidikan politik rusak,
sudah terbukti kekuatan lama masyarakat terhipnotis dengan muwur uang (money politik) yang sudah mendarah daging. Memilih=uang,
masyarakat sudah berpikir rasional. Masyarakat selama ini di didik politik uang dengan mencari pemimpin yang
dipilih dengan memberikan uang (ganti
ongkos kerja sehari) masyarakat sudah tahu mengakibatkan pemimpin korupsi
atas kekuasaan selama memimpin rakyat sehingga kesengsaraan dan penindasan
terjadi.
Peradaban baru, atas nama kedaulatan
rakyat akhinya menang dalam mendorong perubahan. Perubahan kearah perbaikan
moral para pemimpin, perubahan atas kepribadian seorang pemimpin dalam menata, mengatur
kepemimpin dalam lingkaran kekuasaan sampai bawahannya.serta moral dan hasil kerja pemimpin Jawa Tengah.
Kondisi cita-cita perubahan peradaban
yang lebih baik, masyarakat sudah cukup lama berpikiran perubahan, kini politik
uang = sudah usang, dahulu menjadi dewa perubahan, masyarakat berpikir
sederhana memlih=uang, karena menggantikan kerja sehari sudah di buang jauh-jauh,
pemilih lebih baik lebih baik perjuangan keikhlasan memilih pemimpin tanpa uang
yang penting pemimpin bisa bekerja dengan baik menguntungkan masyarakat.
Hal seperti ini menjadi kehendak
perubahan kita bersama dalam melangkah pendewasaan struktur demokratis yang
benar. Demokrasi yang benar memerlukan pengorbanan yang serius dari semua
kalangan baik penyelenggara pemilu, pengawas, serta para kandidat pemimpin
kekuasan, karena tiap hari masyarakat memantau pekerjaan para pemimpin.
Kini tinggal kita memantau pekerjaan
pemimpin terpilih di Jawa Tengah, karena tanpa ada sinergitas pemantauan,
partisipasi, serta pengawalan ketat jalannya kepemimpinan GANJAR-HERU di Jateng
2013-2019, maka pemimpin akan cenderung seenaknya lupa akan tugas berat melakukan perubahan peradaban.
Seandainya pemimpin “mboten ngapusi dan mboten korupsi” sudah
di dukung dan dijadikan demi perubahan, kalau mereka melakukan penipuan
terhadap masyarakat dan justru korupsi tambah banyak sampai ke 36 kota/kabupaten
Jawa Tengah dan ribuan desa di Jawa Tengah, hukumnya sah masyarakat untuk menurunkan
GANJAR-HERU.
Kekurangan pemimpin Gubernur Jawa Tengah
(8)
Eko Wahyudi
SPd,I
1. Bakal
Calon Kades “Anti muwur“ Kedawung, Pejagoan
Kebumen (dapat 46 suara) th 2007.
2. Alumni
STAINU Kebumen-Jateng 2005.
No comments:
Post a Comment