Kalau engaku tidak mati
Hai Perempuan…
Mari ngrumpi ditumah tetangga
Sambil momong anak anakmuu,
Ambil pisau dan belahlah bambu tali
Satu persatu “tuma dirambut”
Temanmu kena
Segeralah anyamkan,
Ajarilah adik dan anak-anak memotong bambu
Satu persatu rangkaikan birahi keindahan,
Perempuan desa jangan
Engkau jual di pasar Tegal
Juallah anyaman bambu ke Tokyo, China
dan Amsterdam Eropa
jangan di tetanggamu saja.
Wahai sahabatku perempuan
Pastilah anaka cucumu senang
Karena, Desamu kaya raya
Dan menjadi pemenang pasar bebas dunia.
Puisi diatas sebagai pengantar tulisan kami, melihat desa sudah dikepung oleh sistem kapital global (pemodal dunia) dengan cara masuk pasar bebas ke desa desa (marketing free village), dengan taget sasaran desa akan emnjadi pasar produk dunia.Abad 21 adalah puncak geralan capital global untuk menghancurkan peradaban desa termasuk didalamnya perempuan desa, anak cucu dan generasi muda sudah tinggalkan desa.
Tanda tanda itu ketika tahun tahun 2000 dengan isu globalisasi, abad 21 ini jelas mereka terus mengepung dengan cara menghancurkan peran perempuan desa menjadi pasar perdagangan duni, pasar perempuan akan diidik menjadi perempuan konsumtif, berupa alat kecantikan kosmetik, model baju, kerajinan dan makanan. Produk perusahaan dunia ini masuk bebas di perdagangan wulayah asar perempuan desa dengan laris manis dan cara lain para pelaku capital (pemegan modal ) menang dalam scenario politik ekonomi.
Penulis melihat keadaan di desa Kabupaten Tegal Jawa Tengah, dari angka keterlibatan kaum perempuan masih rendah, mulai kuota sasaran dari Jumlah Penduduk Kabupaten Tegal pada tahun 2011 mencapai 1.587.664 orang, terdiri dari 810.075 Laki-laki dan 777.589 Perempuan, dengan laju pertumbuhan alamiah penduduk 0,07 %/tahun. Pada tahun 2012 berdasarkan data proyeksi (sementara) jumlah penduduk Kab.tegal menjadi 1.587.664 jiwa.
Angka Kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk tersebut berturut-turut dari tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut : 1.610 orang/km²; 1.616 orang/km²; 1.584 orang/km² ; 1.593 orang/km² dan 1.806 orang/km². Sementara itu, laju pertumbuhan alamiah penduduk tahun 2009-2012 adalah 0,07%.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan perkembangan yang positif dalam kurun waktu 3 tahun (2008-2011), tercatat pada tahun 2008 adalah 69,54 dan pada tahun 2009 terjadi peningkatan kembali hingga angka 70,08 dan IPM tahun 2010 adalah 70,59 serta tahun 2011 sebesar 71,09 dengan indikator penentu IPM yaitu angka melek huruf dari tahun 2008-2012 berturut-turut yaitu (89,09% ; 89,21% ; 89,26% ; 89,47% dan 95,68%). Keseriusan Pemerintah dalam meningkatkan pendidikan dasar dapat dilihat dari Angka Rata-rata Lama Sekolah dari tahun 2008-2012 menunjukkan tren yang positif.
Berturut-turut adalah (6,24 ; 6,42 ; 6,56 ; 6,60 ; dan 6,84 tahun). Sedangkan Angka Harapan Hidup juga menunjukkan tren positif tahun 2009 yaitu 68,49 tahun, di tahun 2010-2011 yaitu 68,79 tahun dan tahun 2012 naik menjadi 69,12 tahun. Sementara Indeks Daya Beli pada tahun 2008-2010 berturut-turut terdapat peningkatan yaitu : Rp. 634.240,- ; Rp. 637.090,- dan Rp 639.950,- (data 2011 dan 2012 belum ada).(Sumber : Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) Kab. Tegal Tahun 2012)
Solusi perubahan
Perubahan peradaban desa tetap ada, perlunay kaum perempuan desa tetap istiqomah dalam berperan sebagai pelaku, bukan sebagai pasar produk Kondisi seperti itu merupakan kerugian terbesar bagi kaum perempuan di desa kabupaten Tegal, seharusnya menjadi pelaku ekonomi desa dan merebut pasar kota-kota besar Indonesia dan dunia bukan sebagai pasar ekonomi desa. Seharusnya perempuan bisa memproduksi produk desa, menjahit, membuat makanan asli desa, membuat alat kecantikan produk nenek moyang yang harga murah dan di jual laku tinggi
Pendapat ini salah satu pekerjaan kita bersama, terutama perempuan dan yang lebih penting kebijakan pemerintah anggaran APBD kabupaten propnsi , APBN untuk pembinaan pro perempuan, agar anggaran itu bisa menjadikan kekuatan ekonomi desa. Sementara pelaku usaha atau perempuan desa yang mempunyai kekuatan modal untuk bersinergis bekerja sama dalam penjualan marketing hasil karya perempuan desa.
Ada cerita perempuan desa,”Sejumlah ibu rumah tangga (IRT) dari Desa Kurau Barat-Timur, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah menampilkan hasil kerajinan di Ballrom Aston Soll Marina Hotel&Convention Center, Bangka di Pangkalanbaru, Kabupaten Bangka Tengah (Bateng), penulis merasa senang mendengar cerita perempuan bergelut dengan kerajinan setiap hari.
Ada aneka kerajinan yang mereka tampilkan merupakan hasil program pemberdayaan Wanita Indonesia yang telah berlangsung sepanjang 9 bulan belakangan. Yakni, hasil pelatihan yang diikuti mereka mulai Agustus 2012 hingga April 2013 bertempat di Desa Kurau antara lain menghasilkan aneka kerajinan tangan. Antara lain, tutup galon air mineral dari kain, tas berbahan bekas bungkus kopi sachet, serta aksesori memikat berbahan kain perca atau kain sisa jahitan.
Solusi nyata
bagi perempuan desa ada perubahan, Banyak peluang perempuan desa untuk bisa
jadi pemenanag skenario dunia pasar bebas, ACFTA, serta melawan kekuatan asing
masuk dengan membawa kebudayaan konsmutif, kemenangan perempuan desa harus melibatkan
para pemimpin, pengusaha, partai politik, DPR untuk mendukung “gerakan cinta
desa”, karena tanpa adanya gerakan bersama kita mati dan kalah,
Perubahan
harus ada, perempuan desa tetap semangat, jangan jangan berharap dari orang
lain, mari pulang ke desa dengan membawa milyaran rupiah , mari gali terus sawah dan pegunungan kita Tanami cengkeh dan
tebang pohon bambu untuk kita ekspor ke
luarnegeri, buat sekolah kerajinan desa untuk perempuan desa.
Semoga tuhan
tetap memberi motivasi serta pendidikan
bagi perempuan desa yang hakakatnya merupakan komunitas yang harus di erhatikan
dan diperhatikan keberadaannya, semoga keringat basah para perempuan desa yang
tetap betah dan memilih desa bisa semangat melawan pasar bebas dunia,
Harapannya
perempuan desa bisa bersatu padu dengan cara berkelompok atau beroganisasi, satukan langkah membuat
produksi atas kekayaan potensi desa, serta yang penting lagi adalah pikiran
tetap terus melakukan kegiatan inovasi produk, jaringa pasar dengan tidak harus meminta modal dari bank,
tetapi dengan cara iuran dan gotong-royong perempuan desa untuk bersatu.
Mudah-mudahan
tulisan sebagai tanda “krikil tajam dihati”
penulis, karena melihat dan merasakan kepedulian untuk perlawanan
perempuan desa melawan sebuah tirani scenario kehidupan yang “mematikan masa
depan perempuan” serta orang orang disekitarnya perempuan. Seandainya perempuan
desa sudah melawan capital global. Kita tunggu gerakan pemerintah untuk bisa
berpikir dan mendukung apa problem dan apa yang menjadi tujuan para perempuan
desa bisa di dukung,
Pendidikan
dan pendampingn perempuan terus di lanjutkan apapun hambatyannya, kegagalan
pembangunan atau salah sasaran pembangunan bukan menjadi arti penting. Yang
menjadi arti penting bagi perempuan desa, mereka butuh hidup dan mereka bisa
memproduksi secara continue atas potensi alam desa. Mudaha mudah perempuan
menjadi Pahlawan dalam perang peradaban pasar bebas pasca ACFTA tahun 2010
kemarin.
Sebenarnya
mereka sudah pintar dan bisa, tidak ada problem atau hambatan bagi perempuan,
kekurangan modal bukan hambatan utama meminjam modal atau hutang pada
bank,mereka sudah punya modal uang dengan cara iuran perorangan dalam
menggerakan produk desa. Mereka butuh tinggal di beri jalan bebas hambatan
(jalan bebas hambatan) bagi perubahan desa. (maadah)
Tegal, 5 oktober 2013
(Ma’adah
SPd,I)081902206013
-
Ketua
Lembaga LAP3
(Lembaga
Advokasi, pemberdayaan dan pendidikan Perempuan “Teratai” Kabupaten Tegal, Jawa Tengah
-
Tinggal
sebagai perempuan Desa Penyalahan kec,Jatinegara, Kab Tegal
No comments:
Post a Comment